Mengenai Kami

Himpunan Mahasiswa Persatuan Islam (HIMA PERSIS) merupakan organisasi kemahasiswaan dibawah naungan Persatuan Islam. Hima Persis memiliki motto pergerakan "Wamaa Yadzdzakkaru Illa Ulul Albab" yang bermakna bahwa setiap esensi dan makna kehidupan ini hanya berlaku untuk orang yang berfikir dan bermuhasabah. Lanjutkan...

Wednesday, March 14, 2012

PANGERAN HIDAYATULLAH

Share & Comment

Bergelar
Al Sulthan Hidayatullah Alwasikibillah

Lahir di Martapura (Kalimantan Selatan) pada tahun 1822, putera Sulthan Muda Abdurrachman dan cucunda dari Sulthan Adam Alwasikibillah.

Disahkan menjadi Sulthan Banjar berdasarkan Surat Wasiat Sulthan Adam tanggal 12 Shafar 1259 H./ 1855 M. (secara de jure) dan dinobatkan oleh rakyatnya (de facto) dengan gelar Al Sulthan Hidayatullah Alwasikibillah di Banua Lima ketika Banjar berkobar dengan dahsyat pada tahun 1859 – 1862 M.
( buku : “De Banjarmasinche Krijg” )


Perang Banjar adalah perang antara dua kerajaan: Kesultanan Banjar dan Kerajaan Belanda akibat dari kelicikan, keserakahan dan keangkuhan kolonial Belanda dengan campur tangannya yang terlalu dalam terhadap urusan Kesultanan Banjar.

Pr. Hidayatullah sebagai “sosok utama” dan “Panglima Perang”, menyusun strategi perang medan luas dari Mandala Selatan hingga Utara, meliputi: Martapura, Banua Lima hingga Tanah Dusun, secara sporadis dengan menyertakan seluruh potensi dan kekuatan perlawanan rakyat. Puncaknya adalaha kedahsyatan perang “Fisabilillah Beratip Beramal” di Banua Lima dengan besarnya pengorbanan nyawa, dengan semboyan perang: “Dalam hangit, waja sampai kaputing”.

Kerajaan Belanda mengerahkan pasukan gabungan antara marinir, infanteri, serta armada perang yang tangguh yang bergerak hingga ke jantung pertahanan Pr. Hidayatullah di Banua Lima dan di Tanah Dusun. Memberi julukan “Hoofdopstandeling” ( Kepala Pemberontak ) serta menyediakan hadiah untuk penangkapan Pr. Hidayatullah baik hidup atau mati.

Setelah tiga setengah tahun terlewati dengan kegagalan, Belanda menggunakan taktik yang keji dan sangat tidak terpuji dengan menyandera ibunda, istri serta kakanda untuk memaksakan perundingan di Martapura demi alasan perdamaian. Dalam perjalanan, beliau disergap dan dilarikan ke Banjarmasin, kemudian dengan kapal “Bali” milik Baginda Ratu Kerajaan Belanda pada tanggal 3 Maret 1862, “Al Sulthan Hidayatullah Alwasikibillah” dan beberapa pengikut setianya dibawa ke Batavia, kemudian diasingkan ke Cianjur – Jawa Barat.

Pada tanggal 2 November 1904 M., beliau wafat dalam ketenangan dan kedamaian, dan dimakamkan di Pusara Bukit Joglo yang permai.

Dikenal dengan julukan “Ulama Besar Berjubah Kuning serta mempunyai senjata ampuh”, beliau memaknai pengasingannya dengan aktif berdakwah dan interaksi Islami dengan masyarakat Cianjur.
Tags: ,

Ditulis oleh

Himpunan Mahasiswa Persatuan Islam (HIMA PERSIS) merupakan organisasi kemahasiswaan dibawah naungan Persatuan Islam. Hima Persis memiliki motto pergerakan "Wamaa Yadzdzakkaru Illa Ulul Albab"

0 komentar:

Post a Comment

 

Program Kami

Silatda

Artikel Islami

Islam Berbicara

Mengenai Hima Persis Cianjur

Himpunan Mahasiswa Persatuan Islam (HIMA PERSIS) merupakan organisasi kemahasiswaan dibawah naungan Persatuan Islam. Hima Persis memiliki motto pergerakan "Wamaa Yadzdzakkaru Illa Ulul Albab" yang bermakna bahwa setiap esensi dan makna kehidupan ini hanya berlaku untuk orang yang berfikir dan bermuhasabah. Lanjutkan...
Copyright © Hima Persis Cianjur | Designed by Templateism.com | Managed by Nineteenboy