Ada baiknya kita renungkan sejenak "Jika ingin memanen dalam 3 bulan, maka tanamlah padi, jika ini memanen dalam 10 tahun maka tanamlah pohon, tapi jika mengharapkan perubahan 100 tahun kedepan didiklah sebuah generasi". Presiden Soekarno pernah berkata " berikan saya 10 orang pemuda, maka akan saya pindahkan gunung". Betapa banyak sudah ungkapan ,harapan dan torehan sejarah oleh genrasi muda. Generasi pembaharu, pembawa kebaikan dan peradaban yang lebih manusiawi menuju generasi Rabbani.Dalam sejarah Islam-pun, banyak sahabat Rasulullah SAW yang dalam masa muda belia sudah terdidik manjadi generasi prestatif. Dalam dunia olahraga, akhir-akhir ini di liga Inggris-pun ,telah terbukti transisi generasi di tim Arsenal, membuktikan ke publik, bahwa generasi muda mampu bekerja, mampu berkarya dan mampu berprestasi.
Beberapa ungkapan dan pernyataan di atas menujukkan sebuah fakta yang layak kita pikirkan dengan hati nurani dan keseriusan, bahwa mendidik sebuah generasi untuk transisi dan regenrasi adalah mutlak jika kita menginginkan sebuah perubahan menuju perbaikan. Bagaimana ini dimulai ?
1. Langkah awal adalah dengan memberikan informasi yang jelas mengenai suatu visi,misi dan tujuan dalam organisasi kita kepada generasi muda berikutnya.
2. Libatkanlah mereka dalam beberapa kegiatan dasar, meskipun hanya sebatas "pembantu umum kegiatan"
3. Ajaklah berdiskusi,menemukan dan memecahkan masalah dengan solusi secara bertahap
4. Biasakan berkomunikasi dalam kerangka saling menghargai dan menghormati, bukan sebagai junior ke senior atau sebaliknya.
5. Berikan kesempatan untuk berkomentar,menyanggah atau mengkritik sekalipun dalam batasan yang wajar dan terukur.
6. Berikan dorongan semangat yang kuat, motivasi sehat untuk pendewasaan diri
7. Jangan saling mencari kesalahan, tapi saling menilai,mengkoreksi untuk melurusakan tujuan,untuk menyamakan langkah gerak poerubahan
8. Pendidikan yang berkesinambungan dan terjadwal disertai materi yang variatif,edukatif dan inovatif
9. Perbanyak studi kasus, bukan hanya wacana atau retorika semata
10. Kerjakan dari sekarang dan istiqomahlah untuk melanjutkan
Jika ada dua bibit/benih yang satu tumbuh di area yang subur tapi tidak terurus, sementara yang satu tumbuh di area yang kurang subur tapi terurus, manakah kira-kira yang akan lebih bermanfaat dari hasil pertumbuhannya ?
Saya pikir,yang kedua isnyaAllah akan lebih baik. Begitupun untuk kaderisasi, jadi kita tidak dapat mengharapkan sebuah generasi tumbuh dan hidup serta menghasilakn nilai perubahan tiba-tiba, tanpa didahului ikhtiar pembinaan,pemeliharaan dan pengontrolan yang optimal.
Memperhatikan kondisi ini,maka sangatlah mendesak bagi kita untuk bergerak, untuk melangkah memperbaiki dan meyiapkan kaderisasi. Jika hasil yang kita didik tidak sepenuhnya menjadi generasi ideal yang kita harapkan, maka janganlah serta-merta menyalahkan mentor,menyalahkan manajemen atau menyalahkan adik-adik kita. Permasalahnnya mungkin muncul dari ketiga faktor tersebut. Kalau kita kaji, "..didirkanlah sholat,sesungguhnya sholat mencegah perbuatan keji dan munkar" , maka akan muncul juga, orang yang sholat tapi ko perilakunya sama saja atau pada ekstrimnya lebih buruk dari mereka yang tidak sholat . Hal ini mesti kita cermati, bahwa sholat yang baik dan benar-lah yang akan membentuk pribadi dan memenuhi kriteria dari ayat di atas salah satunya. Begitupun untuk kaderisasi, maka kita harus proaktf, bukan rekatif.
Proaktif adalah kalau ada masalah, maka pikirkan apa yang dapat kita berikan untuk solusi perbaikan. Sementara rekatif adalah, jika ada masalah lantas mencak-mencak mencari kambing hitam atau kambing belang untuk dijadikan sasaran kemarahan atau ketidakpuasan, jangan sampai seperti ini.
Semoga, dengan ikhtiar untuk memperbaiki, akan diberikan kemudahan menemukan jalan dalam mendidik,membina dan memelihara sebuah generasi untuk melakuakn amal kebaikan dan membangun peradaban yang Rabbani.
Beberapa ungkapan dan pernyataan di atas menujukkan sebuah fakta yang layak kita pikirkan dengan hati nurani dan keseriusan, bahwa mendidik sebuah generasi untuk transisi dan regenrasi adalah mutlak jika kita menginginkan sebuah perubahan menuju perbaikan. Bagaimana ini dimulai ?
1. Langkah awal adalah dengan memberikan informasi yang jelas mengenai suatu visi,misi dan tujuan dalam organisasi kita kepada generasi muda berikutnya.
2. Libatkanlah mereka dalam beberapa kegiatan dasar, meskipun hanya sebatas "pembantu umum kegiatan"
3. Ajaklah berdiskusi,menemukan dan memecahkan masalah dengan solusi secara bertahap
4. Biasakan berkomunikasi dalam kerangka saling menghargai dan menghormati, bukan sebagai junior ke senior atau sebaliknya.
5. Berikan kesempatan untuk berkomentar,menyanggah atau mengkritik sekalipun dalam batasan yang wajar dan terukur.
6. Berikan dorongan semangat yang kuat, motivasi sehat untuk pendewasaan diri
7. Jangan saling mencari kesalahan, tapi saling menilai,mengkoreksi untuk melurusakan tujuan,untuk menyamakan langkah gerak poerubahan
8. Pendidikan yang berkesinambungan dan terjadwal disertai materi yang variatif,edukatif dan inovatif
9. Perbanyak studi kasus, bukan hanya wacana atau retorika semata
10. Kerjakan dari sekarang dan istiqomahlah untuk melanjutkan
Jika ada dua bibit/benih yang satu tumbuh di area yang subur tapi tidak terurus, sementara yang satu tumbuh di area yang kurang subur tapi terurus, manakah kira-kira yang akan lebih bermanfaat dari hasil pertumbuhannya ?
Saya pikir,yang kedua isnyaAllah akan lebih baik. Begitupun untuk kaderisasi, jadi kita tidak dapat mengharapkan sebuah generasi tumbuh dan hidup serta menghasilakn nilai perubahan tiba-tiba, tanpa didahului ikhtiar pembinaan,pemeliharaan dan pengontrolan yang optimal.
Memperhatikan kondisi ini,maka sangatlah mendesak bagi kita untuk bergerak, untuk melangkah memperbaiki dan meyiapkan kaderisasi. Jika hasil yang kita didik tidak sepenuhnya menjadi generasi ideal yang kita harapkan, maka janganlah serta-merta menyalahkan mentor,menyalahkan manajemen atau menyalahkan adik-adik kita. Permasalahnnya mungkin muncul dari ketiga faktor tersebut. Kalau kita kaji, "..didirkanlah sholat,sesungguhnya sholat mencegah perbuatan keji dan munkar" , maka akan muncul juga, orang yang sholat tapi ko perilakunya sama saja atau pada ekstrimnya lebih buruk dari mereka yang tidak sholat . Hal ini mesti kita cermati, bahwa sholat yang baik dan benar-lah yang akan membentuk pribadi dan memenuhi kriteria dari ayat di atas salah satunya. Begitupun untuk kaderisasi, maka kita harus proaktf, bukan rekatif.
Proaktif adalah kalau ada masalah, maka pikirkan apa yang dapat kita berikan untuk solusi perbaikan. Sementara rekatif adalah, jika ada masalah lantas mencak-mencak mencari kambing hitam atau kambing belang untuk dijadikan sasaran kemarahan atau ketidakpuasan, jangan sampai seperti ini.
Semoga, dengan ikhtiar untuk memperbaiki, akan diberikan kemudahan menemukan jalan dalam mendidik,membina dan memelihara sebuah generasi untuk melakuakn amal kebaikan dan membangun peradaban yang Rabbani.
0 komentar:
Post a Comment