Mengenai Kami

Himpunan Mahasiswa Persatuan Islam (HIMA PERSIS) merupakan organisasi kemahasiswaan dibawah naungan Persatuan Islam. Hima Persis memiliki motto pergerakan "Wamaa Yadzdzakkaru Illa Ulul Albab" yang bermakna bahwa setiap esensi dan makna kehidupan ini hanya berlaku untuk orang yang berfikir dan bermuhasabah. Lanjutkan...

Monday, April 29, 2013

VALIDASI DAN RELIABILITAS INSTRUMEN

Share & Comment


oleh : Arif R.F.*)

Validasi dan Reliabilitas merupakan bagian dari langkah ketujuh dalam kegiatan penelitian, yakni bagian menentukan dan menyusun instrumen, dimana seorang peneliti perlu menyusun sebuah rancangan penyusunan instrumen yang dikenal dengan istilah “kisi- kisi”. Menurut pengertiannya kisi- kisi adalah sebuah tabel yang menunjukkan hubungan antara hal- hal yang disebutkan dalam baris dengan hal- hal yang disebutkan dalam kolom. Adapun diantara manfaat kisi- kisi ini adalah validitas dan reliabilitas instrumen dapat diperoleh dan diketahui oleh pihak- pihak diluar tim peneliti sehingga pertanggungjawaban penelitian lebih terjamin.

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat- tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud. Peneliti harus berindak hati- hati sejak awal penyusunan dengan mengikuti langkah- langkah penyusunan instrumen seperti memecah variabel menjadi su-variabel dan indikator sampai ke memuaskan butir- butir pertanyaan, maka peneliti sudah boleh berharap memperoleh instrumen yang memiliki validitas logis. Dikatakan validitas logis karena validitas ini diperoleh dengan suatu usaha hati- hati melalui cara- cara yang benar sehingga menurut logika akan dicapai suatu tingkat validitas yang dikehendaki.

Selain memperoleh validitas logis, peneliti juga menguji validitas instrumen yang sudah disusun melalui pengalaman. Dengan mengujinya melalui pengalaman akan diketahui tingkat validitas empiris atau valditas berdasarkan pengalaman. Langkah pada pengujiannya bisa disebut dengan kegiatan uji coba (try out) instrumen.

Ada dua macam validitas sesuai dengan cara pengujiannya, yaitu validitas eksternal dan validitas internal. Validitas eksternal merupakan validasi instrumen yang dicapai apabila data yang dihasilkan dari instrumen tersebut sesuai dengan data atau informasi lain yang mengenai variabel penelitian yang dimaksud. Contohnya, peneliti akan mengetahui validitas tes Pendidikan Agama, caranya adalah mencobakan tes tersebut kepada siswa yang diambil sebagai subjek uji coba, kemudian hasil yang diperoleh dikorelasikan dengan nilai Pendidikan agama anak- anak tersebut dari tes sumatif atau nilai raport yang dijadikan sebagai ukuran atau kriterium. Oleh karena letaknya ada diluar instrumen maka menghasilkan validitas eksternal.

Sedangkan validitas internal merupakan validasi instrumen yang dicapai apabila terdapat kesesuaian antara bagian- bagian instrumen dengan instrumen secara keseluruhan. Dengan kata lain sebuah instrumen dikatakan memiliki validitas internal apabila setiap bagian instrumen mendukung “misi” instrumen secara keseluruhan, yaitu mengungkap data dari variabel yang dimaksud.

Adapun yang dimaksud  dengan bagian instrumen dapat berupa butir- butir pertanyaan dari angket atau butir- butir soal tes, tetapi dapat pula kumpulan dari butir- butir tersebut yang mencerminkan sesuatu faktor. Sehubungan dengan ini maka dikenal adanya validitas butir dan validitas faktor. Jadi, sebuah instrumen memiliki validitas yang tinggi apabila butir- butir yang membentuk instrumen tersebut tidak menyimpang dari fungsi instrumen dan jika faktor- faktor yang merupakan bagian dari instrumen tersebut tidak menyimpang dari fungsi instrumen.

Untuk menghasilkan instrumen yang tidak menyimpang dari fungsi instrumen bukanlah pekerjaan yang mudah, diperlukan ketekunan dan latihan yang terus menerus terutama di dalam menentukan indikator yang akan dirumuskan dalam bentuk butir pertanyaan. Kesalahan umum yang sering dijumpai dalam bimbingan penyusunan instrumen diantaranya peneliti umumnya melakukan dua kesalahan, yaitu sering memasukkan butir yang sebetulnya bukan indikator dari variabel yang diteliti, dan sering membuat pertanyaan yang jawabannya tidak bervariasi.

Dari uraian mengenai validitas internal ini dapat disimpulkan bahwa pengujian sebuah instrumen dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan melakukan analisis faktor (anfak) dan analisis butir (anabut). Analisis faktor dilakukan dengan didahului oleh suatu asumsi bahwa instrumen dapat dikatakan valid jika setiap faktor yang membentuk instrumen tersebut sudah valid. Analisis faktor dapat dilakukan apabila antara faktor yang satu dengan faktor yang lain terdapat kesamaan, kesinambungan atau tumpang-tindih. Hal ini diuji dengan mengkorelasikan skor- skor yang ada dalam satu faktor dijumlah dahulu dengan jumlahnya skor pada faktor lain. Apabila antara faktor- faktor tersebut berkolerasi rendah, maka dapat dikatakan bahwa butir- butir tersebut mengukur hal yang khusus, tidak mengukur hal yang sama atau hampir sama dengan yang ada pada faktor lain.

Analisi faktor dapat dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor faktor dengan skor total, sesudah terlebih dahulu mengetahui kekhususan tiap faktor. Sebagai contoh , misalnya dari suatu tabel akan diketahui kekhususan suatu faktor, maka dibuatlah penghitungan yaitu korelasi faktor 1 dengan faktor 2. Sesudah itu baru dapat dicari validitas setiap faktor dengan cara mengkorelasikan jumlah skor faktor 1 dengan skor total.

Sedangkan pada analisis butir prosedur sebenarnya sama dengan prosedur melakukan analisis faktor. Untuk menguji validitas setiap butir, maka skor- skor yang ada pada butir yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Skor butir dipandang sebagai nilai X dan skor total dipandang sebagai ilai Y, dengan diperolehnya indeks validitas setiap butir dapat diketahui dengan pasti butir- butir manakah yang tidak memenuhi syarat ditinjau dari validitasnya. Berdasrkan informasi tersebut peneliti dapat mengganti atau merevisi butir- butir dimaksud. Bagi peneliti yang menginginkan, pengujian terhadap butir dapat dilanjutkan dengan mengkorelasikan skor butir dengan skor total pada faktor.

Reliabilitas menunjuk suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban- jawaban tertentu. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat diperaya juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kalipun diambil, tetap akan sama. Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu yang mana reliabel artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan.

Pengertian umum menyatakan bahwa instrumen penelitian harus reliabel. Dengan pengertian ini sebenarnya kita dapat salah arah (miss leading). Yang diusahakan dapatdipercaya adalah datanya, bukan semata- mata instrumennya. Ungkapan yang mengatakan instrumen harus reliabel sebenarnya mengandung arti bahwa instrumen tersebut cukup baik sehingga mampu mengungkap data yang bisa dipercaya.

Secara garis besar ada dua jenis reliabilitas, yaitu reliabilitas eksternal dan reliabilitas internal. Seperti halnya pad pembicaraan validitas, dua nama ini sebenarnya menunjuk pada cara- cara menguji tingkat reliabilitas instrumen. Jika ukuran atau kriteriumnya berada diluar instrumen maka dari hasil pengujian ini diperoleh reliabilitas eksternal, sebaliknya jika perhitungan dilakukan brdasarkan data dari instrumen tersebut saja akan menghasilkan reliabilitas internal.

Ada dua cara menguji reliabilitas eksternal sesuai instrumen yaitu dengan teknik pararel dan teknik ulang. Apabila peneliti ingin menggunakan teknik pararel maka peneliti mau tidak mau harus menyusun dua stel instrumen, yang keduanya sama- sama diuji cobakan kepada sekelompok responden saja, kemudian hasil dari dua kali tes ujicoba itu dikorelasikan dengan teknik korelasi product-moment atau korelasi person. Tinggi rendahnya indeks korelasi inilah yang menunjukkan tinggi rendahnya reliabilitas instrumen. Oleh karena dalam menggunakan teknik ini peneliti mempunyai dua instrumen dan melakukan dua kali tes, maka disebut teknik double test doubel trial.

Teknik reliabilitas eksternal kedua adalah teknik ulang, yakni peneliti hanya menyusun stau perangkat instrumen yang diujicobakan kepada sekelompok responden dan hasilnya dicatat. Pada kesempatan lain instrumen tersebut diberikan kepada kelompok yang semula untuk dikerjakan lagi yang menghasilkan data yang kedua dan dicatat pula. Kemudian kedua hasil tersebut dikorelasikan. Dengan teknik ini peneliti hanya menggunakan satu test tap dilaksanakan dua kali uji coba, maka teknik ini juga disebut sebagai teknik single test doubel trial.

Dapun reliabilitas internal diperoleh dengan cara menganalisis data dari satu kali pengetesan. Ada bermacam- macam cara untuk mengetahui reliabilitas internal. Pemilihan suatu teknik didasarkan atas bentuk instrumen maupun selera peneliti, sehingga terkadang dengan penggunaan teknik yang berbeda menghasilkan indeks reliabilitas yang berbeda pula. Namun demikian untuk beberapa teknik diperlukan persyaratan- persyaratan tertentu sehingga peneliti tidak begitu sja memilih teknik- teknik tersebut. Bebagai teknik dalam mencari reliabilitas internal instrumen, diantaranya dengan rumus Spearman- Brown, rumus Flanagan, rumus Rulon, rumus K- R 20, rumus K- R 21, rumus Hoyt, dan rumus Alpha.

Tidak banyak buku metodologi riset yang membicarakan masalah reliabilitas secara menyeluruh dan mendalam, pada umumnya titik berat pembicaraan hanya pada tes prestasi belajar saja dan sedikit angket. Instrumen hanyalah alat, sedangkan yang terpenting dalam penelitian adalah data yang benar, data yang reliabel, data yang sesuai dengan keadaan sebenarnya.

*) Penulis adalah mahasiswa semester 6 STAIPI Bandung asal Cianjur
Tags:

Ditulis oleh

Himpunan Mahasiswa Persatuan Islam (HIMA PERSIS) merupakan organisasi kemahasiswaan dibawah naungan Persatuan Islam. Hima Persis memiliki motto pergerakan "Wamaa Yadzdzakkaru Illa Ulul Albab"

0 komentar:

Post a Comment

 

Program Kami

Silatda

Artikel Islami

Islam Berbicara

Mengenai Hima Persis Cianjur

Himpunan Mahasiswa Persatuan Islam (HIMA PERSIS) merupakan organisasi kemahasiswaan dibawah naungan Persatuan Islam. Hima Persis memiliki motto pergerakan "Wamaa Yadzdzakkaru Illa Ulul Albab" yang bermakna bahwa setiap esensi dan makna kehidupan ini hanya berlaku untuk orang yang berfikir dan bermuhasabah. Lanjutkan...
Copyright © Hima Persis Cianjur | Designed by Templateism.com | Managed by Nineteenboy