oleh : Arif R.F.*)
Validasi dan Reliabilitas merupakan bagian dari langkah
ketujuh dalam kegiatan penelitian, yakni bagian menentukan dan menyusun
instrumen, dimana seorang peneliti perlu menyusun sebuah rancangan penyusunan
instrumen yang dikenal dengan istilah “kisi- kisi”. Menurut pengertiannya kisi-
kisi adalah sebuah tabel yang menunjukkan hubungan antara hal- hal yang
disebutkan dalam baris dengan hal- hal yang disebutkan dalam kolom. Adapun
diantara manfaat kisi- kisi ini adalah validitas dan reliabilitas instrumen
dapat diperoleh dan diketahui oleh pihak- pihak diluar tim peneliti sehingga
pertanggungjawaban penelitian lebih terjamin.
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-
tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid
atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid
berarti memiliki validitas rendah.
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa
yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data
dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen
menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran
tentang validitas yang dimaksud. Peneliti harus berindak hati- hati sejak awal
penyusunan dengan mengikuti langkah- langkah penyusunan instrumen seperti
memecah variabel menjadi su-variabel dan indikator sampai ke memuaskan butir-
butir pertanyaan, maka peneliti sudah boleh berharap memperoleh instrumen yang
memiliki validitas logis. Dikatakan validitas logis karena validitas ini
diperoleh dengan suatu usaha hati- hati melalui cara- cara yang benar sehingga
menurut logika akan dicapai suatu tingkat validitas yang dikehendaki.
Selain memperoleh validitas logis, peneliti juga menguji
validitas instrumen yang sudah disusun melalui pengalaman. Dengan mengujinya
melalui pengalaman akan diketahui tingkat validitas empiris atau valditas
berdasarkan pengalaman. Langkah pada pengujiannya bisa disebut dengan kegiatan
uji coba (try out) instrumen.
Ada dua macam validitas sesuai dengan cara pengujiannya,
yaitu validitas eksternal dan validitas internal. Validitas eksternal merupakan
validasi instrumen yang dicapai apabila data yang dihasilkan dari instrumen
tersebut sesuai dengan data atau informasi lain yang mengenai variabel
penelitian yang dimaksud. Contohnya, peneliti akan mengetahui validitas tes
Pendidikan Agama, caranya adalah mencobakan tes tersebut kepada siswa yang
diambil sebagai subjek uji coba, kemudian hasil yang diperoleh dikorelasikan
dengan nilai Pendidikan agama anak- anak tersebut dari tes sumatif atau nilai
raport yang dijadikan sebagai ukuran atau kriterium. Oleh karena letaknya ada
diluar instrumen maka menghasilkan validitas eksternal.
Sedangkan validitas internal merupakan validasi instrumen
yang dicapai apabila terdapat kesesuaian antara bagian- bagian instrumen dengan
instrumen secara keseluruhan. Dengan kata lain sebuah instrumen dikatakan
memiliki validitas internal apabila setiap bagian instrumen mendukung “misi”
instrumen secara keseluruhan, yaitu mengungkap data dari variabel yang
dimaksud.
Adapun yang dimaksud
dengan bagian instrumen dapat berupa butir- butir pertanyaan dari angket
atau butir- butir soal tes, tetapi dapat pula kumpulan dari butir- butir
tersebut yang mencerminkan sesuatu faktor. Sehubungan dengan ini maka dikenal
adanya validitas butir dan validitas faktor. Jadi, sebuah instrumen memiliki
validitas yang tinggi apabila butir- butir yang membentuk instrumen tersebut
tidak menyimpang dari fungsi instrumen dan jika faktor- faktor yang merupakan
bagian dari instrumen tersebut tidak menyimpang dari fungsi instrumen.
Untuk menghasilkan instrumen yang tidak menyimpang dari
fungsi instrumen bukanlah pekerjaan yang mudah, diperlukan ketekunan dan
latihan yang terus menerus terutama di dalam menentukan indikator yang akan
dirumuskan dalam bentuk butir pertanyaan. Kesalahan umum yang sering dijumpai
dalam bimbingan penyusunan instrumen diantaranya peneliti umumnya melakukan dua
kesalahan, yaitu sering memasukkan butir yang sebetulnya bukan indikator dari
variabel yang diteliti, dan sering membuat pertanyaan yang jawabannya tidak
bervariasi.
Dari uraian mengenai validitas internal ini dapat
disimpulkan bahwa pengujian sebuah instrumen dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu dengan melakukan analisis faktor (anfak) dan analisis butir (anabut).
Analisis faktor dilakukan dengan didahului oleh suatu asumsi bahwa instrumen
dapat dikatakan valid jika setiap faktor yang membentuk instrumen tersebut
sudah valid. Analisis faktor dapat dilakukan apabila antara faktor yang satu
dengan faktor yang lain terdapat kesamaan, kesinambungan atau tumpang-tindih.
Hal ini diuji dengan mengkorelasikan skor- skor yang ada dalam satu faktor
dijumlah dahulu dengan jumlahnya skor pada faktor lain. Apabila antara faktor-
faktor tersebut berkolerasi rendah, maka dapat dikatakan bahwa butir- butir
tersebut mengukur hal yang khusus, tidak mengukur hal yang sama atau hampir
sama dengan yang ada pada faktor lain.
Analisi faktor dapat dilakukan dengan cara mengkorelasikan
skor faktor dengan skor total, sesudah terlebih dahulu mengetahui kekhususan
tiap faktor. Sebagai contoh , misalnya dari suatu tabel akan diketahui
kekhususan suatu faktor, maka dibuatlah penghitungan yaitu korelasi faktor 1
dengan faktor 2. Sesudah itu baru dapat dicari validitas setiap faktor dengan
cara mengkorelasikan jumlah skor faktor 1 dengan skor total.
Sedangkan pada analisis butir prosedur sebenarnya sama
dengan prosedur melakukan analisis faktor. Untuk menguji validitas setiap
butir, maka skor- skor yang ada pada butir yang dimaksud dikorelasikan dengan
skor total. Skor butir dipandang sebagai nilai X dan skor total dipandang
sebagai ilai Y, dengan diperolehnya indeks validitas setiap butir dapat
diketahui dengan pasti butir- butir manakah yang tidak memenuhi syarat ditinjau
dari validitasnya. Berdasrkan informasi tersebut peneliti dapat mengganti atau
merevisi butir- butir dimaksud. Bagi peneliti yang menginginkan, pengujian
terhadap butir dapat dilanjutkan dengan mengkorelasikan skor butir dengan skor
total pada faktor.
Reliabilitas menunjuk suatu pengertian bahwa suatu instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat
tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban- jawaban tertentu.
Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang
dapat diperaya juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya,
maka berapa kalipun diambil, tetap akan sama. Reliabilitas menunjuk pada
tingkat keterandalan sesuatu yang mana reliabel artinya dapat dipercaya, jadi
dapat diandalkan.
Pengertian umum menyatakan bahwa instrumen penelitian harus
reliabel. Dengan pengertian ini sebenarnya kita dapat salah arah (miss
leading). Yang diusahakan dapatdipercaya adalah datanya, bukan semata- mata
instrumennya. Ungkapan yang mengatakan instrumen harus reliabel sebenarnya
mengandung arti bahwa instrumen tersebut cukup baik sehingga mampu mengungkap
data yang bisa dipercaya.
Secara garis besar ada dua jenis reliabilitas, yaitu
reliabilitas eksternal dan reliabilitas internal. Seperti halnya pad
pembicaraan validitas, dua nama ini sebenarnya menunjuk pada cara- cara menguji
tingkat reliabilitas instrumen. Jika ukuran atau kriteriumnya berada diluar
instrumen maka dari hasil pengujian ini diperoleh reliabilitas eksternal,
sebaliknya jika perhitungan dilakukan brdasarkan data dari instrumen tersebut
saja akan menghasilkan reliabilitas internal.
Ada dua cara menguji reliabilitas eksternal sesuai instrumen
yaitu dengan teknik pararel dan teknik ulang. Apabila peneliti ingin
menggunakan teknik pararel maka peneliti mau tidak mau harus menyusun dua stel
instrumen, yang keduanya sama- sama diuji cobakan kepada sekelompok responden saja,
kemudian hasil dari dua kali tes ujicoba itu dikorelasikan dengan teknik
korelasi product-moment atau korelasi person. Tinggi rendahnya indeks korelasi
inilah yang menunjukkan tinggi rendahnya reliabilitas instrumen. Oleh karena
dalam menggunakan teknik ini peneliti mempunyai dua instrumen dan melakukan dua
kali tes, maka disebut teknik double test doubel trial.
Teknik reliabilitas eksternal kedua adalah teknik ulang,
yakni peneliti hanya menyusun stau perangkat instrumen yang diujicobakan kepada
sekelompok responden dan hasilnya dicatat. Pada kesempatan lain instrumen
tersebut diberikan kepada kelompok yang semula untuk dikerjakan lagi yang
menghasilkan data yang kedua dan dicatat pula. Kemudian kedua hasil tersebut
dikorelasikan. Dengan teknik ini peneliti hanya menggunakan satu test tap
dilaksanakan dua kali uji coba, maka teknik ini juga disebut sebagai teknik
single test doubel trial.
Dapun reliabilitas internal diperoleh dengan cara
menganalisis data dari satu kali pengetesan. Ada bermacam- macam cara untuk
mengetahui reliabilitas internal. Pemilihan suatu teknik didasarkan atas bentuk
instrumen maupun selera peneliti, sehingga terkadang dengan penggunaan teknik
yang berbeda menghasilkan indeks reliabilitas yang berbeda pula. Namun demikian
untuk beberapa teknik diperlukan persyaratan- persyaratan tertentu sehingga
peneliti tidak begitu sja memilih teknik- teknik tersebut. Bebagai teknik dalam
mencari reliabilitas internal instrumen, diantaranya dengan rumus Spearman-
Brown, rumus Flanagan, rumus Rulon, rumus K- R 20, rumus K- R 21, rumus Hoyt,
dan rumus Alpha.
Tidak banyak buku metodologi riset yang membicarakan masalah
reliabilitas secara menyeluruh dan mendalam, pada umumnya titik berat
pembicaraan hanya pada tes prestasi belajar saja dan sedikit angket. Instrumen
hanyalah alat, sedangkan yang terpenting dalam penelitian adalah data yang
benar, data yang reliabel, data yang sesuai dengan keadaan sebenarnya.
*) Penulis adalah mahasiswa semester 6 STAIPI Bandung asal Cianjur
0 komentar:
Post a Comment