Kisah ini bermula pada masa Turki Utsmani (Ottoman). Kekhalifahan Utsmani yang pada saat itu dipimpin oleh Sultan Muhammad Al-Fatih R.A., melakukan usaha yang luar biasa dalam menegakkan Islam. Kita tahu bahwa mereka berhasil menaklukkan Konstantinopel. Tapi sepertinya, masih banyak yang belum kita ketahui. Sebagai contoh, banyak dari kita tidak sadar bahwa pada saat itu, Al-Fatih berperang melawan DRACULA.
Dracula hidup pada masa khalifah Turki Utsmani |
Seiring Al-Fatih mulai ekspansi menuju Eropa selatan seperti Bosnia, Serbia, Hungaria; ketiga negeri ini (penduduk Wallachia – Rumania Selatan), mereka ingin memerangi masukan Utsmani. Meski begitu, mereka sangat lemah, sehingga mereka (Dracula) membuat perjanjian damai dengan Al-Fatih.
Jadi bagian dalam perjanjiannya, Al-Fatih berkata pada pemimpin Wallachia, “Anda harus mengirimkan kepadaku dua orang anakmu, dan kami akan kirim mereka ke Istanbul untuk disekolahkan”. Lalu ia mengirimkan kedua putranya yang bernama Vlad dan Radu. Vlad inilah yang kita kenal sebagai Dracula.
Dracula sendiri berasal dari kata “Dracul” yang berarti “putra Dracul” yang merupakan nama ayahnya. “Dracul” artinya setan; iblis. Jadi Vlad adalah anak setan, dan julukan ini memang cocok dengan sifatnya.
Ketika mereka berdua pergi ke Konstantinopel, mereka mempelajari Islam, dan saudaranya masuk Islam (Radu). Ia menghafal Quran, dia begitu banyak mempelajari Islam. Bahkan Vlad sendiri turut mempelajari Quran, meskipun dia tidak masuk Islam. Dia bisa bahasa Arab, berbicara bahasa Persia, bahasa Turki, Rumania, dan bahasa lainnya. Dan kemudian Vlad pulang ke negaranya sementara Radu tetap di Konstantinopel dan menjadi pemimpin disana, karena penduduk Utsmani menyadari bahwa mereka tidak bisa memberikan kepemimpinan Wallachia pada orang Muslim, karena penduduk disana Kristen, maka Dracula-lah yang memimpin disana untuk kemudian dia menyerahkan Wallachia kepada dinasti Utsmani.
Meski begitu, Dracula tidak mau melakukan apa yang diinginkan Sultan. Sultan mengirim utusan kepadanya supaya bisa diajak bicara, dan utusan itu berkata, “Kau harus membayar Jizyah (pajak) karena kau sudah memimpin sebuah negara, jadi wajib untuk bayar pajak”. Tapi Dracula berkata pada utusan itu, “Jika kalian ingin memasukki pelabuhanku, kau harus melepas sorbanmu”, dan mereka menjawab, “Tidak, kami tidak akan melepasnya untukmu, kami tidak akan melepaskannya demi orang kafir”. Dracula kembali berkata, “Lepaskan sorban itu!”, lagi-lagi para utusan menolaknya. Maka Dracula memerintahkan agar seseorang membawa paku yang sangat besar dengan palu-nya, dan Dracula berkata, “Jika mereka menolak untuk melepaskannya, maka mereka takkan pernah bisa melepasnya lagi”, maka dia memerintahkan untuk memaku sorban ke kepalanya. Dan tentu saja ini akan membunuh mereka.
Jadi inilah pemicu peperangan terjadi. Dracula memutuskan untuk memerangi negara Islam, dan tentu saja Al-Fatih mengirim pasukan yang sangat banyak untuk memerangi mereka, tapi karena taktik cerdasnya, juga Dracula tahu persis kondisi dinasti Utsmani, dia berhasil mengalahkan pasukan Islam pada beberapa kesempatan. Dan apa yang telah dilakukannya saat itu, benar-benar mengukuhkan posisi dia menjadi sosok Iblis abadi.
Apa yang dilakukan Dracula? Kalau dia tidak membunuh mereka, maka dia akan menangkapnya, dan melakukan satu perbuatan yang disebut “sula”. Jika kalian belum pernah mendengar kata “sula”, itu adalah hal yang sangat mengerikan untuk dijelaskan apa yang dilakukannya. Ia akan membawa tongkat sangat besar yang dibuat runcing diatasnya. Tongkat itu lalu dimasukkan ke dalam anus dan melewati tubuh korban hingga keluar melalui mulut kalian.
Dracula terus melakukan “penyulaan”, dan menusukkannya ke dalam tubuh mereka. Banyak dari mereka yang masih hidup pada saat itu, dan itulah cara membunuh mereka yang ditangkap secara perlahan. Lalu mereka melemparkannya ke tanah, dan menyula orang setelahnya, begitu seterusnya. Dan ketika Utsmani memeriksa pasukannya, mereka menemukan di sepanjang jalan menuju ibu kota, mereka menemukan sekitar 20.000 muslim yang di sula disimpan di pinggir jalan.
Zaman sekarang pun kita akan ketakutan seperti zaman dulu terhadap sula, hal ini tidak bisa dianggap remeh, bahwa 20.000 orang telah di sula. Kalian bisa membayangkan bagaimana perasaan Al-Fatih saat itu, ia selalu beranggapan bahwa seorang Muslim saja yang terbunuh sudah terlalu banyak, tapi untuk memutilasi muslim sebanyak itu, itu adalah hal yang tidak bisa diterima. Maka Al-Fatih mengirim Radu (saudara Dracula) untuk melawan saudaranya sendiri yang pada akhirnya Radu bisa mengejar saudaranya itu.
Dracula telah melakukan banyak kekejaman, bahkan orang Kristen sendiri mulai menjauhinya, selain karena ia orang Rumania, ia juga beragama Ortodox, bukan Kristen. Namun Dracula pernah berkata pada Paus, “Jika kamu memberiku lebih banyak pasukan, saya akan menjadi Kristen untukmu. Apapun yang kamu inginkan, termasuk kepindahan agamaku”. Ia tidak pernah peduli, ia bukan tipe orang yang percaya agama. Ia hanyalah orang yang pragmatis di medan peperangan. Bagaimanapun juga, pasukan Muslim bisa berhadapan dengannya di medan peperangan.
Peperangan pun terjadi dan pasukan Muslim berhasil mengalahkan pasukan Dracula. Tapi terjadi sebuah keambiguan kisah pada saat itu, apakah umat Muslim yang membunuhnya, atau orang-orangnya sendiri yang berbalik menentangnya lalu membunuhnya. Intinya Dracula terbunuh saat itu. Lalu mereka memenggal kepala Dracula dan memperlihatkannya ke kota Istanbul dengan ditancapkan pada sebuah tongkat yang sangat besar. Mereka menyula kepala Dracula dan menyimpan di gerbang Konstantinopel selama 2-3 bulan. Dikatakan, “Jika kalian ingin menjadi orang sepertinya, KALIAN AKAN PERANG DENGAN KAMI!”
Dracula sebenarnya bukan seperti ini |
Inilah kisah hancurnya Dracula, dan sebagai seorang Muslim, kebanyakan dari kita tidak mengetahui tentang hal ini. “Berapa banyak orang yang mengetahui bahwa Dracula adalah manusia sungguhan?”. Kita sebagai seorang Muslim, kita berhasil memerangi dan membunuhnya. Masihkah kalian menganggap bawang putih bisa membunuh Dracula? Atau peluru perak yang ditembakkan ke jantung? Atau dengan tongkat kayu? Sayangnya bukan itu yang membunuh Dracula. MUSLIM-LAH YANG MEMBUNUH DRACULA! Jadi, siapapun yang ingin mengikuti langkah Dracula, maka mereka akan menghadapi kemurkaan yang sama dari umat Muslim.
Jadi, dari kisah tersebut telah jelas bahwa Dracula adalah manusia biasa yang memiliki karakter pragmatis, tidak peduli agama, bengis, dan kejam. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua, In Sya Allah.
posted by: Information and Communication Departement of Hima Persis Cianjur
0 komentar:
Post a Comment