Oleh: M. Miqdam Z.S., S.Kom.I.
a. Khusnul Khotimah atau Su’ul Khotimah ?
Dalam sebuah
riwayat Sahl bin Sa’ad mengisahkan bahwa pernah ketika kami bersama
Rasulullah SAW hendak pergi ke medan perang, pada waktu itu beliau
menunjuk kepada seseorang yang sama-sama akan pergi berperang sambil
berkata : “Barang siapa yang ingin melihat ahli neraka maka dialah
orangnya!. Penasaran dengan ucapan Nabi maka ada diantara kami yang
mengikuti jejak orang yang ditunjuk Nabi itu. Ketika terjadi peperangan,
orang tersebut banyak membunuh orang musyrik. Ketika perang akan
berakhir, ia terkena sabetan pedang musuh dan ia pun merasa malu dan
gengsi; lantas ia lari ke tempat yang sepi. Di tempat itulah ia bunuh
diri dengan pedangnya. Melihat kejadian tersebut, sahabat yang
membuntuti keberangkatan menuju perang sampai ia bunuh diri berlari
menemui RAsulullah SAW. Ketia sampai dihadapan Nabi ia berkata:” Saya
bersaksi bahwa Engkau adalah benar-benar Rasulullah !. Lantas Nabi
menasehati para sahabat :”
Artinya : Sesungguhnya ada hamba yang
mengamalkan amalan ahli neraka tetapi berakhir di surga (husnul
khotimah) dan ada juga yang waktu hidupnya mengamalkan amalan ahli surga
namun berakhir di neraka (suulkhotimah), dan setiap amal
(baik&buruknya) tergantung di akhir hayatnya. H.R. Al-Bukhori.
(tafsir tematik LANSIA dalam Al-Qur’an hidup sakinah di Usia Senja, Uu
Suhendar, M.Ag, Drs. H.)
Kisah dan hadits tersebut mengisyaratkan
kepada kita semua bahwa ada orang yang selama hidupnya mengamalkan
amalan-amalan ahli surga namun berakhir di neraka seperti orang yang
ikut berperang bersama Rasulullah saw. Padahal kalau kita lihat orang
tersebut sangat gigih menumpas musuh-musuh Islam, namun kenapa dia mesti
menjadi ahli neraka?. Di sini duduk permasalahannya, ketika ia menerima
sabetan pedang dari musuhnya dia merasa malu dan gengsi kalau diketahui
olah orang lain padahal mestinya dia bersabar dan meneruskan
perjuangannya jihad fi sabilillah, namun mungkin saja ini menunjukan
bahwa niat yang dibawa oleh orang tersebut bukan atas nama Allah
melainkan bisa jadi ingin menjadi pahlawan, akibatnya keputusasaan yang
melanda dan mengambil jalan terakhir dengan bunuh diri. Maka ia termasuk
kedalam golongan orang-orang yang suul khotimah.
Ada juga kisah mangenai seorang manusia yang sudah membunuh 99 orang
selama hidupnya, suatu hari hati kecilnya tergerak untuk bertaubat lalu
ia mendatangi seorang ajengan, setelah ditanyakan kepada ajengan
tersebut perihal keadaan dirinya yang berlumur dosa akibat dari
pembunuhan yang dilakukannya namun ia ingin bertaubat apakah taubatnya
akan diampuni oleh Allah, ajengan tersebut menjawab: dosamu sudah
terlampau banyak, sulit sekali untuk diampuni oleh Allah, tidak lama
kemudian orang tersebut menggenapkan pembunuhannya karena merasa tidak
mendapat jawaban yang sepantasnya, genaplah 100 orang yang ia bunuh
termasuk dengan ajengan tersebut. Kemudian ia mendatangi seorang alim
ulama yang tinggi ilmu agamanya, ia mengutarakan perihal maksud
kedatangannya dan keadaan dirinya, maka dengan bijaksana ulama tersebut
menerima dan menjawab keinginannya, bahwa Allah itu Maha Rahman Maha
Rahim dan Maha Penerima Taubat siapa saja di antara hambanya yang mau
bertaubat dengan sebenar-benarnya taubat.
Setelah itu orang tersebut bertaubat dan diperintahkan oleh ulama untuk
mendatangi sebuah pesantren dengan bertujuan menimba ilmu agama dan
memperbaiki hidupnya. Namun ditengah perjalanan ia meninggal dunia, pada
waktu itu malaikat Rahmat dan Adzab saling berebut, kata malaikat Adzab
bahwa orang itu miliku dan mesi dimasukan ke dalam neraka krena sudah
terlampau banyak membunuh manusia, malaikat Rahmat pun demikian, orang
tersebut miliku karena ia sudah bertaubat dari dosa-dosanya dan mesti
dimasukan kedalam surga. Dan akhrinya orang tersebut dibawa oleh
malaikat Rahmat karena jarak ke tempat yang ia tuju lebih dekat daripada
jarak yang ia tinggalkan dan karena taubat yang ia lakukan betul-betul
taubat. Ada juga seorang pelacur yang masuk surga diakibatkan menolong
seekor anjing yang kehausan ditengah perjalanan. Dan kisah ini gambaran
dari husnul khotimah.
Namun gambaran dari kisah-kisah yang disampaikan di atas bukan
berarti kita mesti melakukan keburukan dan dosa terlebih dahulu kemudian
bertaubat, malah sebaliknya kita harus senantiasa menyiapkan diri kita
dengan banyak beramal shalih dan memohon kepada Allah agar diakhir
hayat kita termasuk golongan yang husnul khotimah. Karena kita tidak
tahu kapan kita akan kembali kehadirat illahi Rabbi.
b. Bermanfaatkah hidup kita ?
Dulu
seorang arab gunung pernah bertanya kepada Rasulullah saw. Perihal
orang yang paling baik kualitas hidupnya?. Beliau menjawab: bahwa orang
yang paling baik kualitas hidupnya adalah orang yang panjang umurnya dan
berkualitas amalnya. Sebaliknya orang yang paling jelek kualitas
hidupnya adalah orang yang panjang umurnya dan jelek kualitas amalnya.
Panjang dan pendeknya umur seseorang tidak ditentukan dengan lama
atau sebentarnya hidup di dunia ini, akan tetapi ditentukan dengan
pemanfaatan hidupnya. Meski hidupnya lama kalau semasa hidup ia banyak
mengumbar dosa buat apa ? meski sebentar hidupya namun semasa hidup
penuh dengan amal shalih, maka itulah orang yang paling baik.
Dalam sebuah hadits riwayat at-tirmidzi dari sahabat ibnu masud :
Artinya
: seorang hamba tidak bisa melangkahkan kedua kakinya pada hari kiamat
nanti kecuali setelah ia ditanya tentang: penggunaan umur yang Allah
berikan sampai habis (mati), penggunaan ilmu dimana dipergunakannya,
harta yang ia miliki dari mana harta itu berasal dan dimana
penggunaannya, dan penggunaan jasmani sampai masuk lansia (rusak).
Hadits
tersebut merupakan kisi-kisi pertanyaan yang akan diajukan kepada kita
semua kelak di yaumil akhir, hal tersebut mesti menjadi pertimbangan
selama kita masih diberi jatah hidup di dunia ini. Ada 4 perkara yang
kelak akan dipertanggungjawabkan :
1. Umur
Sejak ditiupkan ruh didalam kandungan ibu, manusia
sudah ditentukan batasan umur di dunia oleh Allah swt. Tinggal kembali
kepada manusianya itu sendiri apa yang hendak dilakukannya dengan
batasan umur tersebut. Jika umur dikatakan waktu, maka amalan apa yang
akan memenuhi waktunya, apakah amalan shalih atau sebaliknya amalan
fajir?. Tidak kurang Allah dan RasulNya memberitahu akan amalan-amalan
yang dapat mendatangkan kebaikan dan pahala bagi dirinya kelak di
akhirat, baik dalam al-qur’an maupun dalam sunnah.
Dalam sebuah
hadits qudsi Allah berfirman: bani adam telah menyakitiku dengan
menyianyiakan waktu tanpa diisi dengan amal shalih, akulah yang mengatur
segala urusan dan akulah yang memutarkan pergantian siang dan malam.
Oleh karena itu isilah waktu dengan sebaik-baiknya karena ia tidak akan
kembali lagi.
Bahkan dalam sebuah kisah dinyatakan bahwa pernah Rasulullah
kedatangan seorang arab gunung, ia bertanya bagaimana agar umurnya
berkualitas sedangkan ia termasuk orang yang banyak pekerjaannya, maka
sabda beliau: usahakanlah agar lidahmu tidak kering dari dzikir kepada
Allah.
2. Ilmu
Jika kita ingin mendapat dunia maka
dengan ilmu, ingin mendapat khirat juga dengan ilmu, ingin mendapat
dunia dan khirat dengan ilmu juga. Krena tanpa ilmu hidup kita tidak
akan nyaman dan dijamin selamanya akan sesat bahkan bisa jadi
menyesatkan. Permaslahannya darimana kita mendapat ilmu itu dan
digunakan untuk apa ilmu itu ?
Karena setiap kita bertambah ilmu semestinya kita bertambah
ketawadhuan semakin giat dan khusyu dalam beribadah, semakin semangat
dalam berinfaq dengan tidak mengharapkan imbalan dunia, layaknya padi
semakin berisi semakin merunduk, bukan justru sebaliknya semakin banyak
ilmu semakin sombong, dengan ilmunya ia gunakan untuk membohongi orang
lain. Dengan ilmunya ia berbuat kerusakan di dunia ini, sampai-sampai
tidak menyadari jika kelak ilmu yang dimilikinya akan
dipertanggungjawabkan.
3. Harta
Seharusnya
kita sebagai manusia bisa mengendalikan harta, caranya dicari dengan
jalan halal dan digunakan dalam jalan halal pula, diinfaqan untuk
berjuang dijalan Allah, bukan sebaliknya kita yang dikendalikan oleh
harta, mencarinya dengan jalan haram dan dipergunakan untuk hal-hal yang
tidak bermanfaat.
Jika kita menengok sejarah perjuangan Rasulullah saw dan para
sahabat, bagaimana dalam memperjuangkan Islam di dunia ini, ketika
diserukan untuk berinfaq dengan tanpa berpikir panjang mereka
berbondong-bondong menginfaqan hartanya. Abu bakar bahkan pernah
menginfaqan seluruh hartanya, Umar, Usman dan begitu pun sahabat yang
lainnya.
Mestinya itu semua menjadi pelajaran bagi kita semua,
khususnya bagi warga jam’iyyah Persatuan Islam. Karena apapun yang kita
keluarkan untuk kemajuan jam’iyyah, hakikatnya adalah untuk “Nanjeurkeun
Islam”.
4. Jasmani
Terakhir mengenai jasmani atau fisik kita, dari
baligh sampai tua (rusak) dipergunakan untuk apa?, apakah untuk
beribadah atau sebaliknya ?. karena hakikatnya fisik yang kita miliki
adalah milik Allah yang mesti dimanfaatkan sebagaimana mestinya.
c. 7 Investasi amal jariyah
Artinya
: tujuh perkara yang selalu mengalir pahalanya kepada seorang hamba
meskipun ia sudah meninggal dunia: orang yang mengajarkan ilmu, orang
yang membuat saluran air, menanam pohon, orang yang menggali sumur,
orang yang membangun masjid, orang yang mewakafkan mushhaf al-qur’an dan
orang yang meninggalkan anak sholeh yang selalu beristighfar
buatnyasetelah meninggal dunia.
(HR Al-Bazzar dari Anas bin Malik)
*) Penulis adalah Sekretaris Hima Persis Cianjur periode 2012-2013
posted by:
Data and Information Departement of Hima Persis Cianjur
0 komentar:
Post a Comment